Lhokseumawe iNewsAcehUtara.id
Dibungkus dalam bentuk edukasi bagi kaum remaja YSAP Foundation menyelenggarakan kegiatan Workshop Kesehatan Reproduksi Remaja dengan tema "Aku dan Masa Puberku" di Aula Walikota Lhokseumawe. ,Mingu lalu (11/02/24).
Jumlah peserta yang mendaftar mencapai ratusan orang namun hanya 30 peserta yang mengikuti kegiatan ini berasal dari berbagai latar belakang diantaranya berasal pelajar SMA/SMK hingga beberapa perguruan tinggi di Kota Lhokseumawe dan Aceh Utara serta dari Universitas Samudra, Kota Langsa.
Ada 3 topik yang khusus menjadi pembahasan kegiatan ini, meliputi pemahaman tentang tubuh dan privasi, deteksi dini masalah kesehatan reproduksi remaja dan penyakit menular seksual serta pemberdayaan diri sebagai remaja agar lebih resilient. Kegiatan ini juga berkolaborasi dengan Yayasan JINOE, Komunitas BERBAGIA.ID dan Kampus Universitas Bumi Persada Kota Lhokseumawe.
Founde Agustia selaku Founder YSAP menjelaskan bahwa masa remaja merupakan salah satu masa yang krusial dalam siklus hidup manusia dimana terjadi perubahan yang sangat dramatis baik perubahan fisik, seksual, psikologis, maupun mental. Remaja merupakan kelompok populasi yang besar dengan jumlah sekitar 1,2 miliar atau sekitar 18 persen dari total penduduk penghuni bumi (WHO, 2022). Dalam skala nasional, jumlah penduduk usia 10 – 24 tahun sebesar 66,74 juta jiwa atau 24,2 persen dari 275,77 juta total populasi pada tahun 2022 (BPS, 2023). Namun, tantangan dalam pembangunan remaja masih terjadi, termasuk ketidaksetaraan gender, kekurangan gizi, pernikahan anak, dan kehamilan usia remaja. Menurut laporan PBB, di dunia ada sekitar sekitar 600 juta remaja perempuan “menghilang” dari agenda pembangunan karena persoalan tersebut.YSAP merupakan salah satu lembaga yang fokus pada isu perlindungan anak jadi kami berharap kegiatan ini memberikan hal-hal baik kepada para peserta.” Ungkap Agustia.
Kelompok remaja sangat berisiko mengalami masalah kesehatan yang berhubungan dengan perilaku, seperti masalah seksual, kesehatan reproduksi, merokok, penyalahgunaan obat adiktif, kekerasan, dan kecelakaan. Menurut WHO sepertiga masalah kesehatan pada dewasa berhubungan dengan kondisi atau perilaku yang dialami pada masa remaja.
Kondisi serupa juga terjadi di Indonesia. Pada tahun 2022 masih ada 8,06 persen pernikahan usia anak dari seluruh kasus pernikahan yang tercatat (BPS, 2022). Tidak heran jika masih ada kelahiran pada perempuan di usia yang masih muda. Terdapat 26 – 27 perempuan usia 15 – 19 tahun yang melahirkan di antara 1000 perempuan usia 15 – 19 tahun di Indonesia (BPS, 2023).Bahkan data menunjukkan terjadi kelahiran pada usia yang semakin muda: terdapat 0,179 kelahiran per 1000 perempuan usia 10 – 14 tahun (Bappenas, 2023).
Menurut Agustia, Edukasi kesehatan reproduksi dan seksual, serta penyiapan kehidupan berkeluarga sudah seharusnya diberikan kepada remaja melalui berbagai jalur pendidikan. Sejak tahun 1994 Indonesia menjadi salah satu dari 178 negara yang ikut menandatangani dan mengakui hak reproduksi remaja yang tertuang dalam dokumen rencana aksi ICPD (International Conference on Population and Development). Hak-hak reproduksi remaja juga didukung oleh instrumen internasional dan Indonesia sudah melakukan ratifikasi, seperti Deklarasi Umum HAM, dokumen CEDAW (Convention on Elimination Discrimination Against Women), dan Konvensi Hak Anak. Kita harus bergerak bersama-sama untuk ini,para orangtua, pihak sekolah, pemerintah, institusi ke-agamaan, dan lembaga-lembaga yang fokus pada perlindungan anak harus saling mendukung.
Remaja merupakan inti dari tujuan-tujuan Pembangunan Berkelanjutan (Sustainable Development Goals/SDGs), namun mereka juga perlu secara aktif terlibat sebagai agen perubahan dalam komunitas mereka sendiri. Oleh karena itu, penting bagi kita untuk memastikan bahwa mereka memiliki hak untuk didengar dan diperlakukan sebagai mitra yang setara dalam proses-proses perencanaan dan pengambilan keputusan yang penting. Kegiatan semacam ini harus diadakan secara lebih rutin, memberikan ruang dan peluang yang lebih besar bagi remaja untuk berdialog dan berdiskusi dengan sesama mereka, dengan dukungan yang memadai.
Editor : Muhammad Jafar