Lhokseumawe iNewsAcehUtara.id
Pemerintah Kota Lhokseumawe mengikuti event Pekan Kebudayaan Aceh ke-8 yang mengangkat tema “Rempahkan Bumi, Pulihkan Dunia”. Agenda ini diselenggarakan di beberapa lokasi yaitu Taman Sulthanah Safiatuddin, Lapangan Blang Padang hingga Taman Budaya Banda Aceh dan berlangsung dari 4 hinggga 12 November mendatang.
Kegiatan ini memamerkan beragam jenis rempah basah dan kering, Pemko Lhokseumawe memamerkan setiap sudut anjungannya dengan memajang berbagai macam bahan tradisional, maupun macam-macam peralatan yang digunakan untuk membuat rempah serta barang peninggalan sejarah.
Penjabat (Pj) Wali Kota Lhokseumawe, Imran, saat melakukan peninjauan anjungan menyampaikan, wilayah tersebut dulunya merupakan salah satu lokasi yang menjadi jalur keluarnya rempah lokal untuk dijual ke wilayah Indonesia maupun luar negeri.
“Saya ingin agar semua masayarakat tahu bahwa ada sejarah besar di wilayah kita melalui kerjaan Samudera Pasai, dan mendorong saya untuk menggali sejarah dan kemahsyuran Lhokseumawe,“ kata Imran di anjungan ,Minggu (05/06/23).
Imran juga menyampaikan, dari keterangan beberapa ahli disampaikan bahwa Lhokseumawe juga dulunya dikenal sebagai Bandar Sumatera atau Bandar Samudera . Bedasarkan catatan sejarah wilayah tersebut telah merintis jalur rempah, sejak dikenalnya rempah di nusantara pada abad 7 dimana pelabuhan Lhokseumawe telah ramai dengan para pedagang.
“Melalui kegiatan ini kita berikan informasi dan edukasi pada masyarakat untuk tetap menjaga warisan budaya rempah kita khususnya makanan, dimasa gempuran fast food yang mulai diminati oleh masyarakat Lhokseumawe,” ucapnya.
Pihak Pemko Lhokseumawe juga akan terus memberikan edukasi serta peningkatan kapasitas masyarakat, untuk terus melestarikan berbagai macam rempah lokal melalui penggunaan pada beragam makanan tradisional khas Aceh.
Pada momen ini pihak pemerintah juga turut mempromosikan sejumlah produk kuliner khas milik Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) binaan Pemko Lhokseumawe, dengan menyediakan stand khusus kuliner di area anjungan.
Editor : Muhammad Jafar